Hari ini aku duduk paling belakang. Di depan aku melihat 2 cewek yang bisa dibilang salah satunya temanku, namanya chika, dia sahabatku dari sekolah dasar. Memang dulu kita sepakat 1 sekolah, dan tadinya aku tidak mau, karena dia memaksa ku, beginilah jadinya, persahabatan kami hancur karena teman barunya, milan. Aku kecewa padannya.
Aku menagis kalau mengigat masa lalu ku sama chika. Apabila aku rindu chika aku selalu membuka album foto kita berdua, rasannya perih sekali. Aku juga ingat waktu pertama kali kita berdua bertemu. Waktu itu di kelas 5, aku anak baru di sekolah itu, tepatnya aku duduk di samping chika.
“hai, kamu anak baru yah, kenalin aku chika” dia memperkenalkan dirinya duluan sambil megulur tangannya,
“hai juga, iya aku anak baru di sekolah ini, nama aku tika”. Tak perlu cukup waktu yang lama kita saling mengenal sesama, chika tau rumahku dan aku tau rumahnya chika.
Entah mengapa, dia melupakanku, mungkin dia sudah bosan dengan ku. Aku hanya bisa melihatnya dari jauh bersama temannya. Kadang-kadang aku sedih apabila aku mengigatnya kembali, tapi aku tahan, walupun kadang-kadang dadaku menjadi sakit. Itu memang penyakitku dari dulu, apabila aku ingin menagis, aku tahan, dadaku menjadi sakit.
Setiap hari aku selalu membawa bekal dari rumah. Setiap aku sedang makan mereka berdua ke kantin aku sedikit cemburu, melihat mereka, selalu ketawa bareng sambil pegangan tangan. Sepertinya aku ingin marah, tapi ku tahan.
Sebentar lagi uts kenaikan kelas, dan sebentar lagi aku meningalkan sekolah ini. Papaku dioper pekerjaannya di luar negeri, tepatnya di singapura. Aku ingin menelphone chika, tapi aku tunda, mungkin belum waktunya aku bilang ke dia.
Seminggu uts pun berakhir, sebentar lagi aku kelas 8 smp. Beberapa hari kemudian aku menerima rapotku, aku mendapatkan ranking 3, ranking 1 dan 2 yaitu sahabatku dan teman barunya, aku senang mereka tetap menempati peringkatnya. Besok aku sudah tidak ada di indonesia, aku akan meningalkan kenagan-kenagan yang paling indah.
Sepulang dari rumah, aku langsung mengambil handphone ku di dalam tas. Aku mencoba 3 kali menelphone chika tapi tidak diangkat, aku coba smsnya
“hai, sahabat lamaku, ini aku tika, apakah kamu masih ingat, besok aku tidak ada lagi di indonesia aku ikut papa ku ke luar negeri, sampai masa waktu kerjanya habis. Aku akan pergi ke singapura. Akhirnya aku bisa juga keluar negeri, aku banyak terimakasih sama kamu chik, kamu udah ajarin aku jadi sahabat ya sabar, pegertian, setia, tapi, kenapa kamu gak melakukan itu seperti apa yang kamu bilang. Aku janji, aku selalu inget kamu, oh iya aku lupa, selamat yah kamu bisa menempati ranking pertama lagi, selamat. Kalo kamu mau curhat, mention aku aja, mm.. Tapi kalo kamu masih inget aku sahabat kamu yah! Kalo gak mau sih gak papa, tapi aku akan selalu kasih kabar aku kok disini. Jangan khawatir, aku gak jauh dari hati mu chik, aku berangkat ke bandara pukul 10.00. Aku gak harapin kamu dateng kok, aku juga gak berharap kamu baca sms ini. Makasih ya chika. Kamu tetap jadi sahabat pertama ku. Selamanya.”
Sehabis ku menulis pesan itu air mataku menetes dengan banyak. Tapi, aku udah tenang, kasih kabar ke chika. Tak beberapa kemudian chika bales sms dari ku.
“hai juga tika, makasih juga tik. Tapi tik, aku tetap inget kamu kok, maafin aku yah, kalo aku jahat, egois, dan gak nepati janji ku, aku tetap sayang sama kamu, tapi pliss kamu jangan tingalin aku, aku bakal temenin kamu tika, maaf, maaf tik!”
Sehabis aku baca balesan sms chika, aku gak sempet jawabnya karena kau harus siap-siap untuk besok pagi.
Tepatnya, pukul 08. 35 aku mulai berangkat ke bandra seokarno hatta, sesampai di sana aku menunggu pesawat. Tiba-tiba chika lari sambil memangil namaku “tika tika tika, tunggu, aku minta maaf” dia bilang sambil meneteskan air matannya. “iya aku maafin kamu kok, makasih ya udah dateng jauh jauh kesini unk ketemu aku, walaupun kita jauh kita gak boleh saling lupa oke” kubilang sambil memeluknya dengan erat sambil menetaskan air mata ku.
Pesawat pun datang, chicka menamaniku sampai tempat pengantaran, bukan sampai disitu saja persahabatan kita, setiap hari, chicka selalu mengambil foto keadaan sekolah dan mengirimnya lewat email, begitu juga dengan aku, aku foto keadaan ku sekarang dan ku berikan kepada chicka.
Jadi, mulai sekarang aku mengerti, sahabat yang kita sayang, memilih sahabat lain, bukan maksud ia akan menjahui kita. Sahabat yang benar itu sahabat yang mengerti satu sama lain.
Cerpen Karangan: Rani Syah Putri
Facebook: Rani Syahputri
SMP Yadika 5
0 komentar:
Posting Komentar